Tahun
ini adalah tahun terakhir bagiku sebagai seorang siswi di Sekolah Menengah
Atas, perjuangan keras demi mempertaruhkan mimpi pun telah dimulai.
Pagi
itu adalah pagi yang baru buatku, dengan mentari yang bersinar terang aku mulai
mengawali hari dengan senyum yang sumringah. Kutapaki jalan-jalan berliku
seperti menapaki kisah hidup. Penuh perjuangan dan tekat yang kuat.
“ Lia berangkat yah Mah! “ seruku
sembari menyalim sang ibu
“ Kamu udah makan toh ndok? “ teriak
sang ibu ketika melihat dapur yang sama sekali belum tersentuh
“ Belum Mah! “ balasku menyauti
teriakan sang Mama. Aku bergegas berlari menapaki jalan menuju SMA Pelita yang
berada tak jauh dari kediamanku dan sesampainya ku dipelataran sekolah aku pun
bergegas memasuki kelas dan duduk dengan rapi, kusibakkan rambutku yang
tergerai panjang dengan perlahan sambil mengeluarkan buku pelajaran Bahasa
Inggris.
“ Good Morning Students “ sapa seorang guru Bahasa Inggris yang akrab
disapa pak Jenggot oleh seluruh murid di SMA Pelita
“ Good Morning Sir “
“ How about our homework? Finish? Okay, Please collect to Cinta “
seru pak Jenggot sembari menunjuk kearahku
“
Penting banget gak sih tugasnya mesti dikumpul sama anak kampung itu “ teriak
Cassey sembari menunjukku dengan jarinya, matanya memandang tajam seakan ingin
melumatku dalam satu terkaman
“
Cassey kamu berdiri disini, gak seharusnya kamu merendahkan orang lain seperti
itu. Kamu pikir kamu sudah hebat karena ayah kamu? Saya paling tidak suka
kepada orang yang memandang temannya rendah karena perbedaan status sosial. Are you understand Cassey? “ bentak Pak
Jenggot membelaku
“
Yes Sir! “ sahut Cassey menunduk.
Bel
pertanda istirahat telah berbunyi dan sesegera mungkin aku berlari kecil
menghampiri ruang rapat OSIS yang berada tak jauh dari kelasku.
“
Seloww ajah Li, rapat belom dimulai kok “ seru Cinta si wakil ketua OSIS yang
tiba-tiba muncul dihadapanku
“
Iyah nih, betul juga kata kamu. Rasa-rasanya kea udah hampir mau mampus nih aku
“ seruku sembari mengatur napas
“
Kamunya sih aneh, Cuma mau rapat ajah pake lari-larian gitu. Sante aja kale “
“
Tapi kan hari ini aku bakal presentasi tentang project perencanaan perlombaan
buat hari Sumpah Pemuda nanti “
“
Yah makanya itu! Sante aja, entar kamu lari-larian kecapean. Dah gitu kalo gini
caranya malah gak konsen deh pas presentasi “ seru si wakil ketua OSIS
“
Hosshh.. hossh.. thanks yah say, kamu udah ngingetin aku “
“
Enggak apa kali, toh kan kita partner. Kamu ketua, aku wakil. Jadi, kalo kamu
presentasinya ancur kan aku juga yang malu “ serunya sambil tertawa. Ku tatap
wajahnya sambil menggelengkan kepala dan bergegas menuju ruang rapat. Yah! Aku
adalah seorang ketua OSIS yang banyak memegang andil dalam semua hal, termasuk
dalam penyusunan rencana dan biaya pengeluaran namun walaupun begitu aku tak
pernah lupa dengan tugasku yang sebenarnya disekolah karena menurutku waktu itu
pasti gak kan mau nunggui aku atau terlebih berhenti untuk aku. It’s imposible!.
Dentang bel akhirnya berbunyi dan
memecah kesunyian siang, jerit kebebasan terdengar jelas dari seluruh siswa SMA
Pelita. Termasuk aku, jenuh juga rasanya belajar namun mau apa dikata itulah
jalan yang harus kulalui demi masa depanku
“ Woooaaa..... bebaaasss
akhiirrrrnyyaaahhh “ teriakku sembari berlari keluar kelas layaknya burung yang
baru lepas dari sangkar
“ Kamu kenapa Li? Kok kea kesetanan
gitu? “ tanya Cinta sembari menepuk pundakku
“ Biasalah say, jenuh aku! “
“ Tumben, biasa semangat banget! “
“ Iya nih, abisnya belakangan nih
kerjaan aku banyak banget. Nih aja aku udah 3 hari enggak tidur, liat ajah nih
kantong mataku udah kaya wewe gombel gitu “ seruku sembari menunjukkan mataku
kepada Cinta sahabatku
“ Hahahah.... wewe gombel yah?
untung nyadar “ ledeknya sembari tertawa lepas, membuatku sedikit kesal
kepadanya
“ Enak ajah kamu “ jawabku manyun
berusaha memukul lengannya
“ Habisnya kamu sih. Aneh! “
“ Aneh? Aneh kenapa? “ tanyaku
melotot
“ Kamu itu harusnya seneng banyak
kerjaan karena itu adalah bukti kalo kamu itu berjiwa mandiri, coba aja pikir
gimana kalo kamu enggak ada kerjaan kea aku! Kamu pasti bergantung banget sama
orang disekeliling kamu. Jadi kamu mesti SEMANGAT! “
“ Iya yah, sama kea kamu “ jawabku
sembari balas mengolok
“ Enak aja kamu, oiyah. Kita jalan
yok “ ajaknya tiba-tiba
“ Eh Sorry yah say, kamu kan tau aku
lagi banyak kerjaan lagian aku mau bantuin Mamaku buat jualan gorengan dipasar
“ seruku sembari merapikan rambut yang berantakan akibat tertiup angin
“ Isshh, jualan gorengan? Yah ampun,
emang mama kamu ga bisa nyari kerja lain apa selain jualan gorengan? Buat malu
aja deh “ seru Cassey tiba-tiba sambil tertawa membuatku ingin sekali menjambak
rambutnya.
“ Eh bagus dong ngomong loe Cass, ga
puas apa loe ngehina Lia tiap hari? Emang dia salah apa sama loe? “ seru Cinta membelaku
“ What? Loe ga tau salah si anak
kampung ini apaan sama gue? Oke gue kasi tau yah, kesalahan dia yaitu udah
sekolah disini dan ngambil posisi gue sebagai ketua OSIS. Loe inget itu, dasar
anak kampung! “ hina Cassey sembari meninggalkan kami berdua
“ Emang nih sekolah punya akong dia
apa? “ seru Cinta ngedumel
“
Udah ga apa kok Cin, kamu kea gak tau ajah sikap Cassey gimana! gak usah marah
kali sama orang kaya dia “ seruku sembari berjalan meninggalkan kelas. Sesekali
kuusap air mataku yang hampir menetes karena ucapan Cassey dan kemudian
melanjutkan perjalanan menuju kediamanku.
Sesampainya dirumah kuletakkan semua
perkakasku didalam kamar dan dengan
bergegas akupun melakukan ritual harianku yaitu berjualan gorengan demi
menyambung kelangsungan hidup. Tak ada letih yang tak kulalui, tak ada penderitaan
yang tak kukecap namun aku percaya bahwa aku tak pernah sendiri. Di tengah
teriknya mentari aku mulai menjajakan daganganku
“
Goreng... goreng... masih panas.... gorengnya buk, pak... masih panas loh “
teriakku ditengah panasnya mentari. Peluh keringat bercucuran membasahi
tubuhku, membuatku merasa sangat letih dan gerah. Ingin rasanya cepat kembali
kedalam rumah dan berteduh di kamar namun aku berfikir “ jika aku kembali
sekarang aku takkan mendapat uang untuk makan ataupun ongkos kesekolah esok
pagi “ batinku dalam hati. Adzan maghrib mulai berkumandang menandakan hari
sudah menjelang malam, bergegas aku berlari pulang untuk mengerjakan
tugas-tugas sekolahku.
“ Kamu ndak tidur toh ndok? “ tanya
sang ibu sembari membelai rambutku
“ Sebentar lagi buk, tanggung! “ seruku
menatap sang ibu
“ Yo wes, kalo udah siap langsung tidur yah ndok
“
“ Iyah buk “ sahutku sembari melanjutkan
aktifitasku membahas pelajaran yang telah kulalui disekolah.
Keesokan paginya aku telah disambut
oleh beberapa teman dari pengurus OSIS untuk merampungkan pembicaraan yang
terpotong kemarin
“
Jadi kita udah Acc yah buat acara hari Sumpah Pemuda nanti “ seruku kepada
semua anggota OSIS
“
Tapi Kak, gimana sama lomba indoor-nya?
Apa gak seharusnya kita nambahkan satu lomba lagi? “
“
Lomba apa Lun? “ tanyaku kepada Luna si anggota OSIS dari kelas 1 Sekolah
Menengah Atas
“
Lomba Menulis Cerpen! “
“
Cerpen? Apa gak salah Lun? “
“
Yah menurut aku sih enggak masalah yah kak, karena itu malah menambah
kekreatifitasan kita sebagai murid kak. “ usul Luna padaku. Aku terdiam sambil
memikirkan kata-kata Luna sambil sesekali menganggukkan kepala
“
Kamu bener dek, ide kamu kakak terima “ seruku sembari menambahkan satu
rancangan pekerjaan kedalam buku rancangan. Sambil memegangi buku hasil rapat
akupun memasuki kelas, duduk di tempatku dan kemudian belajar seperti sedia
kala namun tiba-tiba saja seseorang dengan cepat merampas buku hasil rapat dari
laci belajarku
“
Ooohh... ini toh rancangan ketua OSIS kita buat hari Sumpah Pemuda nanti..
hmm.. temanya ternyata Jiwa Mandiri Penerus Bangsa, bagus... bagussss banget.
Tapi lebih bagus lagi kalo ini dibuang! “ seru Cassey sambil mengacak-acak dan
membuang lembaran-lembarannya dari lantai 4 kelantai dasar.
“
CASSEY... KAMU APA-APAAN SIH? “ bentakku sembari menampar pipinya. Aku berlari
sekuat mungkin kelantai dasar untuk menyelamatkan lembaran hasil rapat namun
semuanya seakan terlambat karena mang kasim si petugas kebersihan tengah usai
membersihkan kertas-kertas yang berserakan dilantai.
“
Hikss... hikss..., aku ada salah apa sih sama Cassey? Kok dia tega banget sama
aku “ tanyaku pada diri sendiri dan seketika itu air mataku mulai meleleh dan
jatuh membasahi pipi. Tertatih aku beranjak pergi dari sekolah dengan tangan
kosong, hasil karyaku selama ini telah hilang dan hancur karena Cassey.
Hari
Sumpah Pemuda akan segera tiba dan aku masih belum memperbaiki perencanaan
perlombaan itu.
“
Kamu kenapa Li?? Kok suram banget sih? “ tanya sahabatku
“
Gue bingung say, perencanaan perayaan Sumpah Pemuda yang telah aku buat hancur
dibuang Cassey kemarin.
“
Aphaaaa??? Ya ampun anak itu yah! emang gak ada otak dianya “ sahutnya ngedumel
“
Trus aku musti gimana dong? “ tanyaku memelas
“
Kamu kok patah arang gini sih say? SEMANGAT dong,, SEMANGAT... “
“
Semangat dari Hongkong, orang udah puyeng gini kamu bilang Semangat mana bisa “
seruku gantian ngedumel.
“
Yah ampun Lia sayang, masa gini ajah kamu udah letoi sih? “
“
Aku bingung loh, bentar lagi udah hari Sumpah Pemuda dan perencanaan itu belum
aku perbaiki sedikitpun “ seruku terdiam
“
Huumm,,, kok bisa? “
“
Yah bisa lah, aku udah gak ngerti “
“
Kamu itu bisa kok. Kamu mesti percaya, jangan putus asa gini. Kamu mesti
tunjukkin ke Cassey dan kesemua orang kalau kamu itu kuat. SEMANGAT! “ serunya
menyemangati. Aku terdiam mendengar perkataannya sambil mencoba merimangi, dan
ternyata dia benar. “ Aku gak boleh patah semangat. Aku kuat. Aku ini Pemuda
yang HEBAT! “ batinku dengan menyeringai. Dan sekarang aku akan membuktikan
bahwa aku kuat dan perkasa.
Malam
telah menjelang dan aku mulai menyusun kembali semua perencanaan yang hancur
karena Cassey, segala ide tertuang saat itu, membuatku semakin bersemangat
melakukan semuanya dan tak terasa haripun telah berganti dan hari Sumpah Pemuda
yang jatuh tepat pada tanggal 28 Oktober 2012 telah didepan mata. Segala bentuk
persiapan yang akan dibuat telah selesai kuperbaiki dan disaat hari-H menjelang
aku tak takut lagi untuk melihat hari itu
“
Gitu dong say, bisa kan kamu nyelesaikan semuanya “ seru sahabatku tiba-tiba
“
Iyah, thanks yah! “
“
Beh, yang buat kan kamu. Harusnya kamu berterimakasih sama Tuhan baru ke diri
kamu sendiri karena diri kamulah kunci dari kesuksesan ini semua “ ujarnya lagi
“
Hehe... iyah yah “
“
Makanya kamu jangan mudah putus asa kayak kemarin. Seorang pemuda yang mandiri
adalah seorang pemuda yang mengerjakan sesuatu dengan semangat “ ujarnya lagi
“
Kamu betul sekali! Mulai dari sekarang kita janji kalo kita harus semangat.
Kita buktikan pada dunia bahwa kitalah pemuda BERJIWA MANDIRI yang tak pernah
mengenal kata PUTUS ASA “ seruku dengan semangat sembari menatap langit biru.
Dan mulai sekarang aku tau bahwa aku enggak boleh patah semangat, walaupun aku
ngerasa udah enggak mungkin tapi aku harus percaya bahwa aku bisa melakukannya
karena aku adalah Pemuda Indonesia yang BERJIWA MANDIRI. Jika aku bisa,
sekarang bagaimana dengan kalian?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar